Jakarta, CNN Indonesia

Baru-baru ini, seruan aksi penarikan uang massal di bank beredar di media sosial. Seruan ini muncul di tengah kekhawatiran nasabah terkait keamanan dana mereka setelah muncul kasus dana nasabah hilang yang ternyata hoaks.

Mengenai seruan itu, sejumlah pengamat ekonomi tidak setuju. Salah satunya Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah. Dia menegaskan bahwa aksi penarikan uang secara massal dari bank justru dapat membahayakan perbankan dan perekonomian nasional.

“Seruan ini tidak jelas siapa yang bikin dan membahayakan perekonomian nasional membahayakan kita semua. Seruan ini harus dilawan,” kata Piter kepada detikcom, Senin (29/4), seperti dikutip oleh CNN Indonesia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piter menjelaskan, dana nasabah yang disimpan di bank berperan penting dalam mendukung program-program lain melalui kredit. Penarikan uang massal secara serentak akan memicu rush, kondisi di mana bank tak mampu memenuhi permintaan penarikan dana nasabah karena likuiditas yang menipis.

“Kalau bank tiba-tiba didatangi oleh semua nasabah menarik uang. Ini namanya rush. Bank yang sangat sehat pun akan bangkrut karena mereka nggak punya uang,” tuturnya.

Jangankan penarikkan massal, lanjut Piter, bank yang sehat pun bisa bangkrut karena tak punya uang. Karena itu dia menegaskan, hal itu berdampak pada pengangguran yang meningkat, daya beli masyarakat menurun, dan parahnya, krisis ekonomi seperti 1998-1999 bisa terulang.

Senada dengan Piter, Pengamat Perbankan, Arianto Muditomo menyatakan bahwa kesulitan likuiditas menjadi momok yang sangat menakutkan bagi dunia perbankan. Penarikan uang besar-besaran dapat melumpuhkan operasional bank dan berujung pada kebangkrutan.

Menurutnya dampak ekonomi atas hal ini pun tak kalah berbahaya. Inflasi dan meningkatnya biaya produksi dan distribusi uang tunai menjadi momok yang mengintai.

“Dari sisi ekonomi tentunya risiko inflasi dan meningkatnya biaya produksi dan distribusi bank notes,” katanya.

Lebih lanjut, Arianto menjelaskan bahwa penarikan uang massal mendorong masyarakat untuk memegang uang tunai dalam jumlah besar. Hal ini meningkatkan risiko pemalsuan uang dan tindak pidana pencucian uang.

Tak hanya itu juga akan terjadi konsumerisme di masyarakat karena masyarakat tidak bijak dalam menggunakan uangnya.

“Kriminalitas pun meningkat. Bila terjadi secara masif, maka orang jahat akan mendapat peluang melakukan kejahatan,” ucapnya.

Menurutnya, menyimpan uang di bank dijamin aman. Untuk itu, Arianto mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak mudah panik dan terprovokasi dengan isu-isu beredar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

(ory/ory)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *