Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah analis pasar modal memasang rekomendasi buy atau beli untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Hal ini menyusul BRI berhasil mencetak laba Rp15,98 triliun hingga akhir Triwulan I 2024.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam riset terbarunya mengatakan, laba bersih BBRI tumbuh stabil didukung pendapatan yang kuat sehingga bisa meng-cover pencadangan. Net interest income (NII) tumbuh sehat 16 persen yang didorong oleh pertumbuhan kredit yang kuat.
Dengan kinerja tersebut, Sucor memberikan rekomendasi Beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp6.400.
“Target harga kami setara dengan 2,8x price to book pada 2024 dengan asumsi return on equity 23 persen dengan cost to equity 12 persen,” kata Sucor dikutip Minggu (5/5).
Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, dalam risetnya terbarunya, Kamis (25/4) mengungkapkan bahwa laba bersih BBRI sedikit di bawah perkiraannya, namun masih sejalan dengan perkiraan konsensus.
Erni menggarisbawahi bahwa NIM BRI akan terpengaruh oleh kenaikan suku bunga acuan. Manajemen BRI sendiri telah merevisi target NIM 20 bps lebih rendah menjadi 7,6-8 persen dari sebelumnya 7,8-8 persen.
Untuk itu, Erni mempertahankan rekomendasi “beli” dengan target harga Rp7.000 per saham. Target harga ini lebih rendah dari target sebelumnya Rp7.150 per saham.
Pencapaian laba bersih BBRI yang positif ini tidak lepas dari penyaluran kredit yang tumbuh double digit. Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89 persen year on year.
Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25 persen diantaranya atau sejumlah Rp1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM.
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan, dimana tercatat aset BRI mencapai sebesar Rp1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11 persen yoy.
Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51 persen yoy menjadi Rp622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62 persen yoy menjadi Rp193,96 triliun.
Kemudian, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06 persen yoy menjadi Rp272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10 persen yoy menjadi Rp219,24 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan optimisme perseroan mencapai pertumbuhan kredit double digit di tengah era suku bunga tinggi.
Seperti diketahui, hingga akhir kuartal I-2024 tercatat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar 83,28 persen. Kemudian dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,97 persen.
“Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
BRI pun optimistis pertumbuhan kredit di tahun ini dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan pada awal tahun, yakni double digit dikisaran 10-12 persen yoy.
(inh)